Berita Peternakan - Dalam hal penangangan ternak selama bencana, yang harus diperhatikan yaitu bagaimana populasi ternak dipertahankan.
SariAgri - Cuaca ektrem belakangan ini menerjang Indonesia, hingga mengakibatkan banjir karena curah hujan yang begitu tinggi. Dampaknya bisa begitu besar bagi masyarakat, terutama bagi peternak hewan.
Masih hangat dalam ingatan, bagaiman banjir menerjang Kalimantan Selatan. Kerugian akibat banjir di sektor peternakan mencapai Rp8,3 miliar.
"Total kerugian yang diusulkan kepada kami mencapai Rp8,3 miliar yang terdiri dari atas seluruh sektor peternakan," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalsel, Suparmi.
Tercatat total kerugian antara lain, sapi mencapai 1.900 ekor, ayam buras sekitar 88 ribu ekor, ayam petelur seribu ekor, itik, kerbau dan ternak lainnya. Karena itu, perlu adanya proses penanganan hewan ternak usai bencana.
Dalam catatannya Dosen IPB, Sigit Prastowo dan Epi Taufik di PB ISPI, dalam hal penangangan ternak selama bencana, yang harus diperhatikan yaitu bagaimana populasi ternak dipertahankan. Kemudian daya dukung untuk memastikan ternak terawat dan dalam keadaan sehat juga diperlukan.
Baca Juga: Dua Faktor Ini Berpengaruh Besar pada Peternakan di Masa Lalu
Paramedik Veteriner Unair Ingatkan untuk Cegah Penyakit Ternak
Supply pakan, air, penyediaan shelter atau kandang menjadi hal yang sangat krusial pada penanganan awal ternak. Pasalnya, ternak tidak dapat lepas dari peran peternaknya untuk pengelolaan dan perawatan, untuk itu pada saat penanganan bencana, sebisa mungkin pemilik ternak dapat dilibatkan.
Di tempat evakuasi, seperti halnya manusia, ternak akan berada pada kondisi yang tidak nyaman, karena faktor perubahan tempat. Ketidaknyamanan ini mungkin akan mempengaruhi pada kesehatan, untuk itu diperlukan dukungan tenaga medis veteriner untuk memberikan obat-obatan yang dirasa perlu.
Selain itu faktor perawatan ternak juga menjadi masalah tersendiri selama masa bencana. Melakukan perawatan pada tempat yang bukan biasanya, memerlukan adaptasi baru bagi peternak.
Terlebih aktivitas ini telah menjadi rutinitas peternak. Sebisa mungkin, peternak dilibatkan untuk mengawasi, memelihara ternaknya sendiri. Dan secara kelompok bisa diberlakukan giliran jaga atau kegiatan lainya.
Jika ternak tersebut berada dalam kondisi produksi yang perlu diambil setiap hari, seperti sapi perah. Maka hal ini bisa dilakukan oleh peternak atau relawan, yang selanjutnya hasil pemerahan dalam bentu susu, bisa dibeli oleh pihak atau dinas terkait untuk selanjutnya diberikan kepada para pengungsi untuk suplemen gizi.
Terakhir, ketika situasi bencana di tempat asal sudah dinyatakan aman, maka yang perlu dievaluasi pertama kali adalah fasilitas pemeliharaan ternak, apakah masih dapat digunakan atau tidak.
Jika memerlukan perbaikan maka dilakukan perbaikan, tetapi jika sudah tidak layak maka perlu dibangun yang baru. Selanjutnya, memastikan sistem logistik supply chain kembali normal menjadi salah satu pekerjaan yang harus dilakukan.
Ketika semua siap, maka repopulasi ditempat asal ternak dan penduduk dapat dilakukan untuk kemudian seluruh sistem produksi ternak yang sesuai dapat berjalan normal kembali.