Berita Perikanan - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama bersinergi melakukan konservasi hiu dan pari d
SariAgri - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam Simposium Hiu dan Pari di Indonesia ke-3 mengajak berbagai pemangku kepentingan untuk bersama-sama bersinergi melakukan konservasi hiu dan pari di Indonesia.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL), TB Haeru Rahayu mengatakan hiu dan pari merupakan salah satu sumber daya hayati laut yang sangat penting. Dia mengatakan bahwa peran dan kontribusi hiu dan pari sangat penting bagi bagi ekonomi masyarakat pesisir.
"Keberaadaan jenis ikan ini di suatu perairan merupakan salah satu indikator kunci kesehatan laut," ujar Haeru dalam simposium Hiu dan Pari Indonesia Ke-3, Rabu (7/4).
Haeru menegaskan KKP melalui Ditjen PRL telah memasukan hiu dan pari ke dalam 20 jenis ikan yang menjadi target konservasi nasional pada tahun 2020-2024.
“Pemerintah Indonesia sangat serius menangani keberadaan hiu dan pari melalui sejumlah kebijakan termasuk pengembangan kawasan konservasi, perlindungan jenis ikan hiu dan pari tertentu yang terancam punah dan pengaturan pemanfaatan melalui kuota,” tegasnya.
Haeru mengatakan simposium tersebut merupakan bagian dari upaya konservasi hiu dan pari di Indonesia dengan dukungan yayasan WWF.
“Simposium ini merupakan salah satu upaya kita dalam rangka mengumpulkan masukan ilmiah untuk kebijakan konservasi hiu dan pari di Indonesia. Kegiatan ini juga bagian dari implementasi Rencana Aksi Nasional Konservasi yang telah disusun,” imbuhnya.
Baca Juga:
Strategi KKP Agar Mutu dan Kualitas Produk Perikanan Terjamin
Penyelundupan Benih Lobster dengan Modus Invoice Sayuran Digagalkan Petugas
Sementara itu, Kepala Badan Riset Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP), Sjarief Widjaja menjelaskan BRSDMKP terus mendukung riset hiu dan pari. Diamenelaah dan mendeskripsikan daerah-daerah yang menjadi habitat asuhan hiu dan pari di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 572.
“Berdasarkan hasil tangkapan nelayan dan analisis habita, maka perairan Lampung yang dijadikan area kajian diduga kuat sebagai habitat asuhan (nursery ground) hiu dan pari,” kata Sjarief.
Sjarief berharap informasi yang dihasilkan akan menjadi bahan rekomendasi strategi konservasi dan pengelolaan hiu dan pari, khususnya di Perairan WPPNRI 572. Dirinya juga mengajak berbagai pemangku kepentingan untuk melakukan kolaborasi riset hiu dan pari guna mendukung konservasi dan pemanfaatan hiu dan pari berkelanjutan.