Berita Hortikultura - Naiknya harga cabai membuat para petani cabai di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, mendadak menjadi jutawan.
SariAgri - Harga cabai yang melejit pada panen raya tahun 2021 ini dengan kisaran harga jual antara Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram (kg), membuat para petani cabai di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur, mendadak menjadi jutawan.
Selain menikmati untung untuk tabungan bekal tanam cabai berikutnya, hasil penjualan dengan harga yang fantastis juga digunakan untuk memborong mobil, sepeda motor, perhiasan hingga renovasi rumah.
Berkah harga cabai mahal salah satunya dirasakan para petani yang ada di Desa Pucuk Kecamatan Dawar Blandong Kabupaten Mojokerto. Selain diuntungkan dengan harga mahal di pasaran tahun ini, hasil panen tanaman cabai rawit juga meningkat dan mutunya sangat baik.
Menurut para petani cabai, sejak sepuluh tahun terakhir baru kali ini mereka mendapat keuntungan berlipat-lipat dari tanaman cabai rawit. Rata-rata petani telah memanen dua hingga tiga ton cabai rawit setiap hektarnya.
“Saya mendapat untung dari penjualan cabai rawit sejak januari hingga awal april 2021 jika ditotal jumlahnya sudah dapat dipetik sekitar 2 ton 7 kuintal atau setara dengan Rp200 juta. Rata-rata cabai dari saya dibeli tengkulak antara Rp70.000 hingga Rp90.000 per kilo,” kata salah seorang petani cabai Desa Pucuk, Listiono kepada SariAgri, Selasa (6/4/2021).
Petani Cabai Listiono. (Sariagri/Arief L)
Listiono menambahkan pendapatan dari hasil menjual cabai, sebagian ia belikan mobil second dengan harga Rp145 juta dan sisanya digunakan untuk musim tanam cabai kedua.
“Banyak petani di sini yang membeli mobil baik baru maupun second dari hasil panen cabai. Padahal rata-rata belum ada yang bisa nyetir mobil dan tidak ada yang punya garasi mobil. Banyak pula petani yang borong sepeda motor baru, perhiasan atau untuk membangun rumah dari hasil panen cabai," paparnya dengan senyum mengembang.
Baca Juga:
Mendadak Jutawan, Petani Cabai Daerah Ini Borong Motor dan Mobil
Pengembangan Cabai Bubuk, Untungkan Atau Rugikan Petani?
Ungkapan Listiono dibenarkan oleh petani cabai lainnya. Berkah penjualan cabai rawit yang meningkat dibelikan kendaraan roda dua oleh petani dengan kisaran harga antara Rp22 juta sampai Rp30 juta per unit.
“Alhamdulillah panen cabai rawit tahun ini meningkat dengan harga penjualan yang juga turut naik. Perkilo dari saya bisa laku sampai Rp100.000. Dari januari hingga awal april sudah dapat uang sekitar Rp100 juta lebih. Sebagian saya belikan sepeda motor baru dan sisanya buat renovasi rumah," ujar petani cabai, Sri Mustika Wati.
Pendapat senada juga disampaikan Dwi Wulandari yang mengaku serasa menjadi jutawan baru dari hasil menjual cabai hanya dalam waktu satu bulan saja.
“Dari hasil penjualan cabai rawit selama satu bulan kemarin, saya bisa dapat uang antara Rp50 juta sampai Rp60 juta. Sebagian sudah saya belikan sepeda motor seharga Rp22 juta. Sisanya saya pergunakan untuk renovasi rumah, “ tutur Dwi Wulandari serasa menunjukan motor hasil penjualan cabai.
Dwi menyebutkan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, hasil panen tahun ini merupakan yang terbaik dalam 10 tahun terakhir. Bahkan hingga saat ini para petani cabai rawit di Desa pucuk masih terus bisa melakukan panen dengan hasil melimpah.
Para petani ini berharap di sisa-sisa akhir panen, harga cabai rawit terus melejit sehingga mereka terus mendapatkan keuntungan besar.
Sementara itu Kepala Desa Pucuk, Nanang Sudarmawan, mengatakan dalam dua bulan terakhir ini warganya sangat merasakan tingginya harga jual cabai rawit. Nanang mencatat di Desa Pucuk hampir 95 persen dari total sekitar 1.100 kepala keluarga merupakan petani cabai.
“Saya sebagai kepala desa turut senang karena warga saya yang sebagian besar petani cabai bisa menikmati keuntungan hasil pertanian yang bisa membuat meningkatkan taraf hidup. Keuntungan menjual cabai umumnya dibelikan mobil, sepeda motor dan rebovasi rumah,” ujarnya.
Nanang menambahkan ribuan petani di desanya yang merasakan untung dari mahalnya harga cabai tersebar di lima dusun yaitu Dusun Wotgaru, Pucuk, Brejel Lor, Brejel Kidul dan Dusun Kwarigan.
Fenomena langka, petani kaya mendadak dari hasil penjualan cabai ini, tak ayal mengundang banyaknya para sales produk dari berbagai kota untuk turun ke Desa Pucuk menawarkan jualannya.
“Banyak sales dari berbagai kota mulai Surabaya hingga Jakarta yang datang kemari untuk menawarkan anek produk. Seperti otomotif, barang elektronik, tempat tidur, mebeler dan sebagainya," ungkap Nanang.
Selian di Desa Pucuk, para petani di sejumlah desa lainnya di Mojokerto seperti Suru, Jatirowo dan Temuireng juga merasakan keuntungan berlipat dari hasil penjualan cabai tahun ini.