Namun, lanjutnya, sangat disayangkan bila chattering masih menjadi efek samping penggunaan SMC sebagaimana yang terjadi bila menggunakan PID. Oleh karena itu, meskipun PID berbentuk lebih sederhana secara konstruksi, masih perlu dilakukan peningkatan kerja kontroler sehingga kegalatan yang terjadi antara referensi dan keluaran sistem dapat diminimalisir lebih jauh.
“Jika pada PID dilakukan penentuan konstanta proporsional, integral, dan derivatif untuk itu, lebih lanjut yang saya kembangkan adalah metode yang memanfaatkan firefly algorithm,” paparnya.
Tujuan diterapkannya algoritma firefly pada penelitian yang dilakukan Wakil Dekan Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ini adalah guna mendapatkan fungsi dan gain scale terbaik dalam penentuan nilai atau posisi yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin.
Penentuan ini didasarkan pada nilai Integral Time Absolute Error (ITAE) supaya terwujud sudut solar tracker yang diharapkan.
Algoritma tersebut adalah bentuk optimalisasi kontroler Type 1 Fuzzy Sliding Mode Controller (T1FSMC). Hasilnya, terciptalah Tipe 2 FSMC (T2FSMC) yang bekerja lebih baik pada kontrol penggerak panel surya.
“Hal itu kami ketahui setelah melakukan tahap simulasi dan membandingkan metode yang kami inovasikan dengan metode konvensional,” urainya.
Sebelumnya, lanjut perempuan berkacamata ini, solar tracker berbasis kontroler konvensional PID masih memunculkan fenomena chattering dan belum mampu mengakomodasi adanya gangguan atau perubahan parameter pada sistem.
Sekarang, T2FSMC yang dikembangkan telah mampu mengurangi fenomena chattering sebanyak yang dapat dilakukan dan mengatasi gangguan yang timbul (robust).
Keunggulan lainnya disebutkan oleh Mardlijah yaitu metode yang dikembangkannya berhasil menunjukkan performa yang lebih baik jika dilihat dari besarnya voltase serapan yang dilihat pada baterai dari alat yang ada. Sebagai bentuk inovasi lanjutan yang dilakukannya, Mardlijah